NASA.
Ledakan Matahari yang terjadi pada Senin (23/1/2012) pukul 10.59 WIB.

CALIFORNIA— Ilmuwan di Goddard Space Flight Center NASA berhasil mengembangkan prediksi badai Matahari paling akurat. Penyimpangan (error) dalam prediksi tersebut hanya 13 menit. Prediksi itu berhasil dibuat untuk meramalkan waktu lontaran massa korona (CME) dari ledakan Matahari pada Senin (23/1/2012) pukul 10.59 WIB mencapai Bumi.

"Kami memprediksi CME sampai pukul 09.18  dan kenyataannya CME sampai pukul 09.31, jadi prediksi kami cuma error 13 menit," kata Yihua Zheng, peneliti di Goddard Space Flight Center NASA.

Berdasarkan Waktu Indonesia Barat, badai Matahari diperkirakan sampai ke Bumi pada Selasa (24/1/2012) pukul 21.18 WIB, dan nyatanya sampai pada pukul 21.31 WIB. Zheng, seperti dikutip Space, Rabu (25/1/2012), menambahkan, "Biasanya model peramalan ini memiliki error sekitar 7 jam. Jadi ini adalah yang terbaik."

Perkiraan badai Matahari berhasil dibuat dengan mengandalkan data dari wahana Solar Dynamics Observatory, Solar Heliosphere Observatory (SOHO), dan STEREO.  "Dengan menggabungkan informasi dari beragam sudut pandang, kita bisa menentukan karakteristik CME dengan baik, seperti kecepatan dan arah. Kita masukkan dalam model dan kita dapat prediksinya," urai Zheng.

Prediksi yang akurat amat penting. Dengan demikian, bisa dibuat peringatan dini akan dampak badai Matahari, seperti informasi meteorologi tentang hujan, badai, dan sebagainya. Saat ini, dan di masa depan, di mana penerbangan antariksa direncanakan, prediksi ini juga diperlukan untuk mengetahui wahana atau pesawat mana yang terancam.

Di luar angkasa, dampak badai Matahari bisa lebih besar. Contoh, radiasi sinar UV selama badai Matahari bisa meningkat ribuan kali dari biasanya. 

Tak ketinggalan dengan luar negeri, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pun turut serta mengamati aktivitas Matahari dan memperkirakan badai Matahari dan dampaknya. Ledakan Matahari pada Senin lalu menjadi catatan tersendiri karena masuk dalam kelas M-9 dan merupakan terbesar dalam 7 tahun terakhir, atau sejak tahun 2005.

Hingga 2013 mendatang, frekuensi terjadinya badai Matahari akan meningkat akibat aktivitas Matahari setiap 11 tahun sekali yang memuncak pada tahun tersebut.  Prediksi badai Matahari bisa memberi peringatan dini bagi warga Bumi. Warga Bumi harus waspada terhadap beragam konsekuensi, seperti terganggunya komunikasi dan navigasi.



Sumber : SPACE.COM

0 komentar