Piramida
Piramida
adalah bangunan modern pada masa purba yang terdapat di Mesir. Bangunan
ini disusun bertingkat, makin ke atas makin kecil. Piramida terdiri
atas ribuan bongkahan batu. Tiap batu mempunyai berat sekitar dua ton.
Diperkirakan
berat sebuah piramida mencapai jutaan ton. Bila dideretkan maka panjang
batu pada piramida Cheops, piramida terbesar di Mesir, melebihi panjang
pantai Amerika dari utara ke selatan.Bagaimana membuat piramida, berapa
lama waktu untuk menyelesaikannya, dan berapa banyak orang yang
mengerjakannya?
Sejak lama
para pakar masih belum bisa memberikan jawaban memuaskan. Hanya sebagian
misteri yang berhasil diungkapkan, antara lain oleh arkeolog Inggris
Howard Carter terhadap makam Tutankhamen di dalam sebuah piramida.
Carter dan tim ekspedisinya menemukan terowongan berikut tangga yang
tersusun rapi dan sejumlah catatan tertulis. Di dalam terowongan itu
terdapat makam raja dan keluarganya yang mayatnya sudah diawetkan
(mumi). Perhiasan emas, prasasti yang berisi kutukan, dan gambar
dinding. Perlu waktu puluhan tahun untuk melakukan ekskavasi di sini.
Eksperimen
Banyak pakar menduga piramida dibangun dari bagian bawah terus ke atas. Tangga naik, untuk meletakkan batu-batu di atasnya, menggunakan punggung bukit. Setelah bagian tertinggi rampung, maka bukit tersebut dipangkas habis. Dengan demikian yang tersisa hanyalah piramida.
Banyak pakar menduga piramida dibangun dari bagian bawah terus ke atas. Tangga naik, untuk meletakkan batu-batu di atasnya, menggunakan punggung bukit. Setelah bagian tertinggi rampung, maka bukit tersebut dipangkas habis. Dengan demikian yang tersisa hanyalah piramida.
Yang masih
sukar diperkirakan adalah bagaimana membawa batu seberat dua ton ke
atas. Kalau saja, nyawa terancam melayang. lni karena bentuk piramida
Mesir sangat landai, tidak berundak sebagaimana piramida Amerika
Selatan. Ditafsirkan, piramida dikerjakan selama berpuluh-puluh tahun.
Bahan bangunan kemungkinan besar berasal dari sepanjang sungai Nil dan
daerah-daerah di sekitar tempat piramida berdiri.
Beberapa
tahun lalu pakar-pakar Jepang, Prancis, dan negara-negara maju pemah
melakukan eksperimen untuk membuat piramida tiruan. Mereka menggunakan
alat-alat berat dan alat-alat modern, termasuk helikopter sebagai alat
pengangkut batu.
Pada tahap
pertama. mereka mengawalinya dari bagian bawah. Ternyata pembangunan
piramida tidak rampung. Begitu pula ketika dimulai dari bagian atas.
Mengapa
teknologi masa kini tidak mampu menyaingi teknologi purba? Benarkah
pekerja-pekerja Mesir dulu dibantu tenaga gaib para jin dan dewa
sehingga berhasil mendirikan bangunan supermonumental itu?
Piramida
Mesir tidak dibuat sembarangan. Ada kaidah-kaidah tertentu yang harus
ditaati. Pada bagian atas piramida terdapat sebuah lubang. Lubang ini
menghadap ke arah matahari terbit. Hal ini tentu dimaklumi karena bangsa
Mesir purba menganggap dewa Ra (Matahari) sebagai dewa tertinggi.
Uniknya, bila bentuk piramida direbahkan ke atas tanah, maka
sudut-sudutnya tepat berada di garis lingkaran. Dengan adanya bentuk
demikian disimpulkan bahwa pembangunan piramida direncanakan dengan
teliti. Apalagi bayangan matahari pada piramida tadi menunjukkan
musim-musim yang ada di tanah Mesir. menyiratkan ada unsur magis pada
bangunan itu.
Candi Borobudur
Tahun
1930-an W.O.J. Nieuwenkamp pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap
Candi Borobudur. Didukung penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan
bahwa Candi Borobudur bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan
sebagai bunga teratai yang mengapung di atas danau. Danau yang sekarang
sudah kering sama sekali, dulu meliputi sebagian dari daerah dataran
Kedu yang terhampar di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu
memang memberi kesan adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi
Borobudur.
Menurut
kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di sekitar tempat
bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan
gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau, dan pertemuan
dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian sebuah
candi.
Candi
Borobudur didirikan dekat pertemuan Sungai Eto dan Progo di dataran
Kedu. Tanpa bantuan peta sulit bagi kita sekarang untuk mengenali kedua
sungai itu. Untuk menentukan lokasi candi mutlak diperlukan pengetahuan
geografi dan topografi yang benar-benar handal. Sungguh mengagumkan
nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu.
Bangunan
Candi Borobudur dianggap benar-benar luar biasa. Bahan dasarnya adalah
batuan yang mencapai ribuan meter kubik jumlahnya. Sebuah batu beratnya
ratusan kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu tidak digunakan semen.
Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan,
dan belakang-depan.
Yang
mengagumkan, bila dilihat dari udara, maka bentuk Candi Borobudur dan
arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi Borobudur
terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon. Ternyata Borobudur, Mendut, dan
Pawon jika ditarik garis khayat, berada dalam satu garis lurus. Maka
kemudian orang mereka-reka bahwa pembangunan Candi Borobudur juga
dibantu para jin, dewa, dan ”orang pintar” lainnya.
Angkasa Luar
Tahun 1970-an muncul Erich von Daniken, seorang pengarang fiksi ilmiah (science fiction), yang bukunya sangat populer. Beberapa karyanya seperti Kereta Perang Para Dewa, Kembalinya Bintang-Bintang, Emas Para Dewa, Mencari Dewa-Dewa Kuno, dan Mukjizat Para Dewa berhasil membius jutaan pembacanya dengan khayalan yang sulit dipercaya namun dapat juga dicerna akal sehat.
Di dataran
tinggi Nazca (Peru), demikian awal kisah, terdapat sebuah lajur tanah
rata yang panjangnya lebih dari 50 kilometer. Para arkeolog
menafsirkannya sebagai ”jalan raya bikinan bangsa Inca”. Namun von
Daniken menganggapnya sebagai ”landasan bandar udara untuk melayani
penerbangan antarbintang”, apalagi dia berhasil mengaitkannya dengan
sejumlah temuan arkeologi.Dengan imajinasinya von Daniken mengatakan
pasti ada planet lain yang dihuni oleh makhluk sejenis manusia. Penghuni
planet itu adalah makhluk-makhluk yang kecerdasan otak dan peradabannya
melebihi manusia biasa. Berpuluh-puluh ribu tahun yang lalu
makhluk-makhluk ini berkunjung ke bumi mengendarai wahana antariksa yang
dapat mengarung angkasa dengan kecepatan supertinggi. Ternyata khayalan
von Daniken didukung oleh berbagai tinggalan arkeologi.
Pada sebuah
peta dari Istana Topkapi di Turki, tergambar benua Amerika dan Afrika
dengan di bawahnya daratan Antartika di kutub selatan. Penggambaran peta
demikian hanya mungkin dilakukan melalui pemotretan dari jarak jauh di
angkasa. Bila dicermati peta kuno itu sama benar dengan peta bikinan
Angkatan Udara AS hasil proyeksi sama jarak dari titik tolak di Mesir.
Di Val
Camonica (Italia) dan di Tassili (Gurun Sahara) terdapat lukisan dinding
yang menggambarkan orang berpakaian seperti astronot zaman sekarang,
lengkap dengan baju tebal dan helm. Bahkan helmnya menutupi seluruh
kepala dan dilengkapi antena. Kalau begitu benarkah dulu pemah terjadi
penerbangan angkasa luar yang dilakukan makhluk dari planet lain ke
bumi?
Dalam
perkembangannya makhluk dari angkasa luar itu berubah wujud menjadi
tokoh dewa, sering dipuja masyarakat purba. Adanya dewa tergambar jelas
dari mitologi dan berbagai kitab keagamaan di pusat-pusat kebudayaan
kuno, seperti di Maya, Inca, Mesopotamia, India, Mesir, Yunani, Romawi,
dan Indonesia. Dalam mitologi dan kitab keagamaan digambarkan para dewa
bersemayam jauh di atas sana dan sewaktu-waktu dapat berkunjung ke bumi,
baik dengan terbang secara langsung maupun menggunakan wahana
antariksa.
Sampai kini
kita belum dapat memberikan jawaban yang pasti apakah pembangunan
piramida dan Candi Borobudur memang benar-benar dibantu makhluk dari
angkasa luar ataukah keterampilan bangsa sekarang masih minim. Teori
siapakah yang harus kita ikuti, teori von Daniken yang imajinatif dan
bobot ilmiahnya kurang meyakinkan ataukah teori para arkeolog yang
saintifik? Sayang teori yang saintifik itu masih misteri seperti halnya
misteri yang masih menyelimuti piramida dan Candi Borobudur.Semoga
menambah wawasan kita semua.
0 komentar
Posting Komentar