Mumi...Siapa yang tidak pernah mendengar cerita ini, mumi yang membawa kutukan? tapi mungkin cerita dibawah ini agak sedikit aneh.
Sokushinbutsu (即 身 仏), sebuah istilah untuk mumi yang satu ini, tidak seperti mumi Mesir atau lainnya yang disebut miira (ミイラ, sebuah kata yang berasal dari Portugis).
Berlainan dengan mumi Mesir, mumi Jepang ini tidak dibalsem setelah kematian orang tersebut. Sokushinbutsu berarti "Buddha hidup". Untuk mencapai status tinggi ini biksu dilatih sebagian besar hidup mereka dipertapaan Mokujiki, dalam menunjang kehidupannya mereka hanya mengkonsumsi air dan kacang-kacangan dan melakukan meditasi sepanjang hari. Proses ini membuat mereka kehilangan sebagian berat tubuh sebanyak-banyaknya selama mereka tetap hidup. Begitu para pertapa telah merasa siap , setelah berpuasa selama berminggu-minggu, mereka kemudian dikubur hidup-hidup dalam kotak kayu di dalam tanah dan dibiarkan untuk bermeditasi, proses mumifikasi dimulai dan akhirnya menuju kematian. 1.000 hari kemudian para pertapa yang telah terpendam ini digali oleh murid-murid mereka dan jika penampilan mereka setelah ditinggal tidak berubah, mereka kemudian diberi status Sokushinbutsu.
Sekarang, praktek Sokushinbutsu dilarang oleh hukum, karena merupakan bentuk bunuh diri.
Mumi ini masih dipanggil oleh beberapa penduduk setempat Kami-sama, bisa diterjemahkan sebagai "Tuhan" atau "dewa". Hal ini mungkin tampak aneh bagi dunia Barat, tetapi istilah ini sebenarnya cukup luas dan biasa diterapkan dalam Shinto, atau status dalam kekaisaran Jepang . Dan tidak ada hubungannya dengan pandangan keagamaan umum di dunia sekarang.
Mumi-mumi Jepang ini ditemukan di sekitar daerah Yamagata, di wilayah Tohoku (Jepang Utara). Mungkin tidak lebih dari 6 yang ditemukan. Yang paling terkenal berada disatu kuil Dainichibou Ryusui-ji (泷 水 寺 大 日 坊,Shingon) di kota Tsuruoka.
Berlainan dengan mumi Mesir, mumi Jepang ini tidak dibalsem setelah kematian orang tersebut. Sokushinbutsu berarti "Buddha hidup". Untuk mencapai status tinggi ini biksu dilatih sebagian besar hidup mereka dipertapaan Mokujiki, dalam menunjang kehidupannya mereka hanya mengkonsumsi air dan kacang-kacangan dan melakukan meditasi sepanjang hari. Proses ini membuat mereka kehilangan sebagian berat tubuh sebanyak-banyaknya selama mereka tetap hidup. Begitu para pertapa telah merasa siap , setelah berpuasa selama berminggu-minggu, mereka kemudian dikubur hidup-hidup dalam kotak kayu di dalam tanah dan dibiarkan untuk bermeditasi, proses mumifikasi dimulai dan akhirnya menuju kematian. 1.000 hari kemudian para pertapa yang telah terpendam ini digali oleh murid-murid mereka dan jika penampilan mereka setelah ditinggal tidak berubah, mereka kemudian diberi status Sokushinbutsu.
Sekarang, praktek Sokushinbutsu dilarang oleh hukum, karena merupakan bentuk bunuh diri.
Mumi ini masih dipanggil oleh beberapa penduduk setempat Kami-sama, bisa diterjemahkan sebagai "Tuhan" atau "dewa". Hal ini mungkin tampak aneh bagi dunia Barat, tetapi istilah ini sebenarnya cukup luas dan biasa diterapkan dalam Shinto, atau status dalam kekaisaran Jepang . Dan tidak ada hubungannya dengan pandangan keagamaan umum di dunia sekarang.
Mumi-mumi Jepang ini ditemukan di sekitar daerah Yamagata, di wilayah Tohoku (Jepang Utara). Mungkin tidak lebih dari 6 yang ditemukan. Yang paling terkenal berada disatu kuil Dainichibou Ryusui-ji (泷 水 寺 大 日 坊,Shingon) di kota Tsuruoka.
Ini adalah mumi dari rahib
Daijuku Bosatsu Shinnyokai-Shonin (1687-1783). Setelah 70 tahun hidup
sebagai seorang pertapa, dan menjadi sokushinbutsu pada usia 96, setelah
42 hari puasa berturut-turut .Mumi lainnya dapat dilihat di kuil 寺
Nangaku-ji 南岳) juga di Tsuruoka, ketiga di-Zoukou (蔵 高 院, Zen Soutou) di
kota Shirataka,, dan yang keempat di kuil Kaikou-ji (海 向 寺, Jisan sekte
Shingon) di kota Sakata.
Di pegunungan Tibet, 12.000
meter di atas permukaan laut, tepatnya Giu village di Himachal Pradesh
India, terdapat sebuah rumah kecil yang didalamnya terdapat sebuah
mayat, tapi mayat ini tidak seperti yang lain. Diyakini sejak berabad
yang lalu, tidak pernah membusuk. Warga memujanya seperti dewa, siapa
dia? Apa rahasianya? Mungkinkah benar, karena beberapa penduduk setempat
mengatakan, bahwa orang ini sebenarnya memumifikasi dirinya sendiri.
Profesor Victor Mair, seorang
antropolog dari University of Pennsylvania dan seorang ahli dalam
Buddhisme memimpin sebuah tim yang terdiri dari Profesor Margaret Cox,
seorang forensik antropolog dan Bruno Tonello seorang ahli radiograf.
Mumi ini terletak dekat dengan salah satu daerah yang paling sensitif di
dunia internasional - perbatasan antara India dan Cina. Akses ke situs
dibatasi dan mereka hanya akan memiliki beberapa jam yang berharga untuk
melakukan tes.
Selama ribuan tahun, rahib Buddha
berkumpul di ini, dilembah-lembah terpencil yang tidak dapat diakses
hanya untuk mempelajari ilmu roda kelahiran kembali dan seni mendekati
kematian. Manuskrip kuno Tibet menjelaskan bagaimana mereka akan
memasuki alam rahasia lama yang telah hilang dari pikiran manusia.
Tubuh
mumi dari orang Tibet ini ditemukan secara kebetulan, ketika dua
petugas patroli perbatasan India dikirim untuk memperbaiki jalan, di
Lembah Spiti, yang rusak akibat gempa bumi.
Ketika
tim Profesor Victor Mair mencapai rumah terpencil yang merupakan
lokasi dan melihat mumi untuk pertama kalinya, mereka kagum pada keadaan
baik tubuh yang diawetkan. Lebih dari itu, yang menariknya lagi karena
tidak ada bukti teknik pembalseman tradisional sebagaimana mumi yang
kita kenal seperti yang ada di mesir.
Tim
ini semakin bingung dengan posisi aneh mumi ini dan berharap bahwa
X-Rays mungkin bisa membantu mereka memutuskan jika posisi tersebut
telah dibuat sebelum kematian, atau post-mortem. Kelengkungan
tulang belakang dan postur umum menunjukkan ciri-ciri kehidupan
biarawan. Setiap hari dari hidup para biarawan dimulai dengan nyanyian
doa-doa suci, jam demi jam mereka membacakan ayat-ayat agama, yang
dikenal sebagai mantra. Bahkan sebagai biarawan-biarawan muda, anak
laki-laki harus belajar untuk mengendalikan pikiran melalui meditasi
sederhana. Beberapa biarawan akan berusaha untuk menguasai disiplin ilmu
meditasi yang paling kuat, disiplin mental yang paling berbahaya di
Tibet. Apakah postur mumi menunjukkan bahwa ia mengejar disiplin ilmu
ini ketika dia meninggal? Dan apa peranan sabuk kain aneh yang dipakai
para biarawan ini?
Sejak
zaman kuno, biksu telah menggunakan tali sebagai alat bantu meditasi,
atau ikat pinggang untuk menahan tubuh mereka dalam posisi yoga yang
sulit. Tetapi posisi tali mumi yang berada di sekitar leher, sangat
sulit untuk dijelaskan.
Tim
kembali ke Inggris untuk melanjutkan tes di laboratorium, namun Victor
tetap tinggal di belakang dan melakukan kunjungan ke salah satu sekte
tertua Buddhisme Tibet. Nyingmapa adalah para penjaga dari ilmu
meditasi tantra yang paling rahasia . Viktor lalu bertemu dengan Tulku
Spiti, Pemimpin sekte spiritual dan master dari meditasi tantra. Victor
bertanya kepadanya tentang sikap aneh posisi mumi dan Tulku mengatakan
bahwa sabuk membantu dirinya menjaga posisi meditasi, dengan lutut
ditarik ke dada. Tulku juga menunjukkan bahwa biarawan itu mungkin telah
mempraktekkan salah satu bentuk meditasi tertinggi disebut zolk-shun.
Postur yoga seperti ini juga menggunakan sabuk meditasi untuk
membebaskan tubuh dan dapat melakukan perjalanan jauh ke dalam pikiran.
Teknik ini diyakini menciptakan kekuatan fisik luar biasa, begitu kuat
dan berbahaya hingga yang menguasainya hanya akan meneruskannya pada
secara lisan kepada seorang biarawan pada suatu waktu tertentu saja. Hal
ini juga menunjukkan bahwa praktisi zolk-shun dapat memanfaatkan
pikirannya dengan cara yang luar biasa pada saat ia meninggal.
Di Boston, Dr Herbert Benson dari Harvard Medical School yang melakukan eksperimen pada rahib Buddha dari biara-biara Tibet untuk menilai efek dari meditasi pada metabolisme tubuh. Penelitiannya telah memberikan wawasan yang luar biasa dalam cara pikiran dapat mengubah fungsi tubuh.
Dia telah menemukan bahwa, bahkan dengan meditasi sederhana, para biarawan dapat mengurangi konsumsi oksigen mereka hingga 60%.Para biarawan yang berlatih Tumo, salah satu yoga untuk mengeluarkan panas dari dalam tubuh ( jadi ingat tulisan saya tentang firestarter),
dapat meningkatkan temperatur kulit mereka ke titik di mana, dalam
ukuran derajat 40 ° F. Dalam percobaanya mereka dibungkus dengan
lembaran kain basah yang dingin, dan para biarawan ini bisa meningkatkan
suhu tubuh mereka ke tingkat di mana lembaran kain ini akan menguapkan
air dan mengeringkan kain yang menutup badan mereka.
Victor mempertimbangkan kemungkinan bahwa jika para biarawan bisa mengeringkan lembaran kain basah dengan teknik visualisasi panas, maka mungkin mumi ini memiliki kekuatan yang cukup untuk melakukan hal yang sama, tetapi untuk mengeringkan tubuhnya.
Victor akhirnya mencoba mencocokkan
potongan-potongan teka-teki , tidak di Tibet, tetapi di Jepang. Para
biksu Budha Jepang telah lama melakukan ritual pengorbanan diri untuk
meringankan beban rakyat mereka.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa puasa menyebabkan organ-organ internal dan otot menyusut, sehingga menghancurkan bakteri dalam ususnya. Dengan tidak adanya mikroba menggerogoti mayatnya, tubuh biksu-biksu ini dapat awet tanpa perlu dibalsem...
Victor lalu menerima berita dari Inggris. Tes Karbon telah mengungkapkan mumi Tibet menunjukkan angka kembali ke tahun 1475. Sehingga 500 tahun, jauh lebih tua dari mumi Jepang.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa puasa menyebabkan organ-organ internal dan otot menyusut, sehingga menghancurkan bakteri dalam ususnya. Dengan tidak adanya mikroba menggerogoti mayatnya, tubuh biksu-biksu ini dapat awet tanpa perlu dibalsem...
Victor lalu menerima berita dari Inggris. Tes Karbon telah mengungkapkan mumi Tibet menunjukkan angka kembali ke tahun 1475. Sehingga 500 tahun, jauh lebih tua dari mumi Jepang.
Hal
ini juga menunjukkan bahwa tingkat nitrogen yang tinggi pada mumi
menunjukkan biarawan itu sangat kekurangan nutrisi ketika ia meninggal.
Fakta yang cocok dengan teori mumi Jepang.
Well...salah satu pengorbanan yang menarik ya....
Sumber : Wikipedia
ihhh.... syereeemmm...