Para ahli meyakini ada satu titik di otak kita yang sangat berhubungan dengan spiritual atau biasa dikenal dengan God Spot yang membuat seseorang mempunyai pengalaman rohani, namun ternyata setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, Jurnal Internasional Psikologi Agama mengungkapkan God Spot tidak hanya terpusat pada satu daerah melainkan tersebar di sejumlah daerah.

"Kami telah menemukan dasar neuro-psikologis untuk spiritual, dan ternyata tidak terisolasi pada satu daerah tertentu di otak. Spiritual adalah konsep yang jauh lebih dinamis sehingga menggunakan banyak bagian dari otak serta memainkan peranan yang lebih signifikan. Tetapi mereka semua bekerjasama untuk memfasilitasi pengalamanan spiritual seseorang,"
jelas Brick Johnstone, profesor psikologi kesehatan di University of Missouri Sekolah Profesi Kesehatan, dikutip laman www.huffingtonpost.com, Sabtu (20/04/2012).

Studi ini menemukan bahwa responden survei yang menghadiri gereja atau berpartisipasi dalam praktik keagamaan terukur dengan meningkatnya aktivitas di lobus frontal otak mereka, sehingga mereka dapat memutuskan apa yang baik dan tidak, serta memahami konsekuensi yang akan mereka terima di kemudian hari.


Diketahui bahwa sisi kanan lobus parestalis berhubungan dengan orientasi diri, sedangkan sisi kiri berhubungan dengan hubungan individu dengan orang lain. Uniknya, ketika seseorang benar-benar memiliki kedekatan dengan Tuhan atau dalam kategori spiritual, maka lobus parestalis kanannya akan rusak sehingga dia akan lebih memikirkan orang lain dibandingkan memikirkan dirinya sendiri.


Juga ditemukan bahwa orang yang mengalami kerusakan pada lobus pariestalis kanan otak, bagian otak yang berhubungan dengan orientasi diri, mempunyai pengalaman rohani yang baik serta memiliki rasa kedekatan yang tinggi dengan kekuatan spiritual dan menyebabkan menurunnya fokus pada diri sendiri. Namun Johnstone menjelaskan, hal ini tidak dapat diartikan bahwa orang yang relegius mengalami kerusakan otak, sebaliknya hal ini selaras dengan apa yang disampaikan kitab suci bahwa seseorang tidak boleh fokus terhadap diri sendiri melainkan mendahulukan kepentingan orang lain.


Adanya beberapa bagian di otak yang merupakan God Spot membuktikan bahwa Tuhan merancang manusia dengan sedemikian rupa agar memiliki hubungan dengan pribadi-Nya. Namun seringkali manusia mengingkari kebutuhan tersebut dan menggantinya dengan hal-hal lain yang justru menyebabkan kekosongan dalam diri mereka.


Sebelum ini, penelitian serupa pernah dilakukan Neurolog Michael Persinger di awal tahun 1990-an, juga Ramachandran, Neurolog Amerika berkebangsaan India, bersama timnya di Universitas California (UCLA). Menurut mereka, God Spot ada dalam otak manusia yang terpasang ini terletak di antara hubungan-hubungan syaraf dalam cuping-cuping temporal otak.

Debat tentang God Spot bukan saja dengan kalangan ilmuwan neurologi tetapi juga kelompok gereja yang pada dasarnya menentang teologi New Age Movement. Bagi teologi Kristen, Tuhan adalah personal berada di luar diri manusia.

Sementara dalam Islam tidak pernah dijelaskan soal titik God Spot. Hanya jika ada yang bertanya di mana Allah, masalah ini telah dijawab Allah SWT dalam al-Quran. Yang mengatakan, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. …" – (QS.al-Baqarah [2]:186).


Dalam surat lain, Allah mengatakan,
"Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia, dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih (dekat) kepadanya daripada urat lehernya," (QS: Qaf [50]:16).*

0 komentar